14 Sep 2014
Legenda Pulau Kapal
06.45
No comments
Karya : MUHAMMAD AMMAR HIDAYAHTULLOH
Cerita Legenda ini dikembangkan dari karya Bule Sahib
Dahulu kala, sebelum peradaban Islam masuk dan berkembang di Belitung. Telah hidup seorang wanita janda yang malang dengan anaknya yang mempunyai impian yang besar untuk memperbaiki kehidupan mereka. Anaknya yang memiliki impian yang begitu besar bernama Kantan. Mereka hidup bersama di sebuah kelekak yang saat ini diberi nama Cerucuk. Ibu Kantan berjuang menghidupi keluarga sendirian dengan mencari ikan, cumi atau hasil laut lainnya dan juga berburu di hutan sekitar tempat tinggalnya. Hari demi hari mereka lalui dengan penuh derita, tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan selain bertahan hidup.
Ibu Kantan hidup dengan amat sulit, tapi dia tidak pernah berhenti berjuang untuk menjadikan anaknya lebih dewasa. Ibu Kantan selalu berdoa dan meminta kepada dewata yang ia percayai agar diberikan kemudahan dan kebahagiaan dalam hidupnya walaupun harus sengsara.
Kantan adalah anak yang baik yang dikenal orang selalu membantu ibu jandanya itu. Mengangkat kayu bakar, mencari ikan dan berburu binatang adalah kesehariannya. Perangainya yang baik itu membuatnya dikenal orang. Kini hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, Kantan semakin besar dan kini dia sudah mencapai puncak kedewasaannya. Tapi dia masih saja membantu ibu jandanya itu.
“Ibu, biarkan Aku saja yang mencari ikan, Ibu tinggal saja di rumah untuk mengerjakan yang lain. Istirahat saja kalau tidak, Ibu kan cukup letih hari ini.” Ujar Kantan
“Ya sudah, Kamu ini memang anak yang baik dan tidak pernah menyusahkan Ibumu ini.” Jawab Ibu Kantan
“Ibu, Aku pergi dulu ya.” Pamit Kantan
“Ya Nak, hati-hati menuju jalan ke sungainya” Ujar Ibu Kantan
Pergilah Kantan ke Sungai Cerucuk, dia mengeluarkan peralatan untuk mencari ikannya, hanya dengan tombak. Alat yang biasa digunakan oleh masyarakat Belitung dalam menangkap ikan. Tak lama kemudian, Kantan terkesima ketika melihat ada seorang saudagar kaya yang datang ke tempatnya dengan kapal besar beserta awak-awaknya. Terlintas dipikirannya untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Dia menanamkan niatnya untuk dapat menjadi seorang perantau agar bisa menjadi saudagar kaya.
Kantan pun selesai mencari ikan, dia pulang ke rumahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sungai tempat dia mencari ikan. Dia membawa alat menangkap ikannya di pundak kirinya dan ikan hasil tangkapannya yang dipegang tangan kanannya. Dari jauh dia sudah berteriak memanggil Ibunya.
“Ibu, Aku pulang membawa ikan. Ibu masak ya, Aku Lapar!” Pinta Kantan kepada Ibunya dengan girang dari kejauhan
“Tidak biasanya Kamu senang seperti ini meminta Ibu memasakkan ikannya, ada apa Kantan? Mungkin Kamu baru saja melihat wanita cantik ya di sungai?” Canda Ibu Kantan sambil menghampiri Kantan
“Tidak Bu, Aku hanya senang saja hari ini, sudah ya Bu Aku masuk dulu ke dalam sebentar!” Kata Kantan sambil memberikan ikan kepada Ibunya dan meletakkan peralatannya.
“Ya baiklah, nanti Ibu panggil kalau seandainya sudah selesai Ibu memasak.” Kata Ibu Kantan
Selama Kantan berdiam diri dalam rumah sambil membersihkan badannya yang bau dan kotor, dia berfikir bagaimana cara menjadi saudagar seperti saudagar kaya yang dia lihat di Sungai Cerucuk tadi. Dia bertekad keras agar impian dia untuk mengubah nasibnya bisa terwujud.
“Bagaimana Aku ini, pokoknya Aku harus bisa membuat nasib Aku menjadi lebih baik, Aku tidak mau hidup susah terus!” Kata Kantan di benak hatinya
Selesai Kantan membersihkan badannya itu, dia berganti pakaian yang lain, walaupun sama saja semua pakaiannya sudah tidak layak lagi dipakai. Kantan berfikir untuk menyampaikan niatnya untuk menjadi seorang perantau kepada ibu jandanya. Tak lama ketika Kantan melamun, Ibu Kantan berteriak memanggilnya.
“Nak... Ikannya sudah masak, ini Ibu masak ikan yang paling enak untuk Kamu Nak!” Teriak Ibu Kantan
“I... iya Ibu, sebentar lagi Aku keluar!” Jawab Kantan dengan lantang yang baru tersadar dari lamunannya
Kantan bergegas keluar dan dia pun menghampiri Ibunya, selama dia keluar dia masih saja memikirkan bagaimana cara menyampaikan niatnya untuk menjadi perantau kepada Ibunya. Karena dia tahu, bahwa Ibunya akan sulit membiarkannya pergi. Ibu Kantan akan menjadi seorang janda yang hidup berjuang sebatang kara tanpa ada yang menemaninya. Lagipula Ibu Kantan pernah bercerita pada Kantan, ia tidak ingin kehilangan orang yang dia sayangi setelah kejadian suami yang meninggalkannya dengan Kantan merantau tidak tahu kemana dan tak kunjung pulang.
Ibu Kantan mengajak Kantan duduk di tempat duduk yang ada di depan rumah papannya. Dia juga menghidangkan makanan Kantan dan menyiapkan air minumnya. Rasa sayang dia kepada anaknya begitu besar, karena Kantan juga adalah anak yang baik.
“Ini Nak, makanan Kamu! Di makan ikannya yang banyak, nanti kalau masih lapar nambah saja lagi makannya!” Ujar Ibunya
“Ya Ibu, kalau itu Aku bisa sendiri” Jawab Kantan
Kantan pun dengan lahap makan ikan yang dibuat Ibunya. Selesai makan dia ingin menyampaikan niatnya untuk menjadi perantau. Tapi, hal itu tidak tega ia lakukan, lagipula dia belum tahu bagaimana caranya dia bisa merantau. Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk menyampaikan impiannya itu.
Banyak kabar dari penduduk setempat bahwa ternyata saudagar kaya yang datang bersama awak kapalnya itu, tidak hanya berlabuh sesaat, tetapi dia singgah selama satu bulan untuk mencari orang yang ulet dan tekun dalam bekerja agar dapat membantunya di kapal pesiarnya. Mendengar kabar itu, tanpa sepengetahuan ibunya, Kantan pergi meninggalkan rumah untuk beberapa hari menuju kediaman saudagar kaya itu, dia bertanya mengenai kabar yang beredar itu. Ternyata benar, saudagar kaya itu sedang mencari orang yang dapat membantunya. Kantan pun dengan percaya diri mengajukan dirinya untuk bisa membantu saudagar kaya itu.
Tidak semudah itu Kantan bisa diterima menjadi orang yang diminta saudagar itu. Dia diuji terlebih dahulu mengenai keuletan dan ketekunannya dengan memberikan mengerjakan tugas yang diberikan dari saudagar itu mulai dari yang biasa saja sampai yang berat. Sudah sekitar lima hari Kantan meninggalkan rumah hingga akhirnya perjuangannya tidak sia-sia. Saudagar kaya itu memutuskan bahwa Kantan adalah orang yang tepat untuk membantunya.
Di rumah sendirian, Ibu Kantan merasa cemas mengenai keadaan Kantan yang pergi tidak berpamit dan memberi kabar. Ibu Kantan hanya berdiam diri di rumahnya. Begitulah perasaan Ibu Kantan baru saja ditinggal beberapa hari oleh Kantan anaknya. Bagaimana bila ditinggal bertahun tahun. Kemudian tak lama pada sore harinya, Kantan kembali ke rumah, Ibunya merasa bahagia karena anaknya sudah pulang.
“Ibu.. Aku pulang, maaf sekali Aku tidak berpamit pergi kepada Ibu. Tapi, Aku pergi untuk bisa merubah nasib kita yang selalu menjadi orang sengsara.” Ujar Kantan
“Apa maksud Kamu ini Kantan, memangnya ada apa?” Tanya Ibu Kantan resah
“Jadi gini Bu, kemarin Aku pergi ke rumah singgahnya saudagar kaya, ada kabar bahwa dia sedang mencari orang yang dapat membantunya selama dia berlayar.” Jawab Kantan
“Lalu, apa maksudnya? Ibu masih tidak mengerti!” Tanya Ibu Kantan lagi
“Aku ini mengajukan untuk menjadi pembantunya agar Aku bisa merantau dan melihat dunia luar. Aku ingin menjadi orang kaya juga seperti saudagar itu. Ibu mengertikan maksudku?” Tanya balik Kantan
“A.. apa??? Kamu mau merantau? Tidak, Aku tidak akan rela membiarkanmu pergi meninggalkan Aku hidup sendiri. Siapa yang akan menjaga Ibu, membantu Ibu?” Tolak Ibu Kantan yang tidak setuju anaknya pergi
“Tapi Ibu, Aku tidak mau hidupku susah terus seperti ini. Aku sudah membulatkan tekadku untuk mencapai impianku, ini kesempatan Ibu, tidak akan datang dua kali!” Bujuk Kantan namun dengan nada yang tinggi
Ibu Kantan tertegun sejenak mendengar keinginan anaknya untuk bisa menjadi orang kaya. Tetes air mata jatuh dari mata yang bahagia itu kini menjadi penuh derita dan sesak. Ibu Kantan terduduk dan menangis tersedu lalu dia berpasrah diri.
“Ya sudahlah Tan, kalau itu kemauanmu pergi saja. Tapi Aku berpesan jadilah orang yang baik, jangan melupakan Ibumu ini, lalu jika Kamu sudah sukses pulanglah kesini.” Pinta Ibu Kantan
“Ya Ibu, Aku pasti tidak akan melupakan Ibu, Aku sayang dengan Ibu!” Sahut Kantan sambil memeluk Ibunya
Esok harinya Kantan pergi menuju rumah singgah perantau kaya itu bersama Ibunya. Kemudian mereka berangkat menuju pelabuhan yang ada di muara Sungai Cerucuk. Sesampai disana, saudagar kaya bersama dengan awak kapalnya dan juga Kantan menaiki kapal yang begitu megah itu. Tapi, sebelumnya dia menyalami tangan Ibunya yang sudah tua itu. Lambaian tangan Kantan untuk ibunya membuat Ibu Kantan semakin sedih.
Kini kehidupan Ibu Kantan jauh berbeda, dulu ada seorang laki-laki muda yang membantunya dalam mencari makan baik itu menangkap ikan maupun berburu binatang. Tapi sekarang tidak ada lagi yang membantunya. Dia hidup malang sendirian ditinggal oleh anak tunggal kesayangannya. Begitu berbeda sekali dengan Kantan yang hidup di sebuah kapal pesiar. Dia makan dengan enak tidak perlu bersusah payah, tidur cukup, penghasilan yang besar, sehingga tidak memberatkan dia. Bahkan dia semakin lama semakin arogan dan tidak lagi seperti Kantan yang dulu.
Ketika saudagar kaya itu singgah di tempat lain, Kantan memutuskan untuk mencari pendamping hidupnya. Akhirnya dia mendapatkan seorang wanita yang cantik jelita hati dan parasnya. Lalu mereka pun menikah dan Kantan meminta agar dia bisa hidup sendiri saja bersama istri nya dan tidak lagi ikut dalam perantauan saudagar kaya yang membawanya kepada kegemilangan.
Kantan yang kini sudah menjadi saudagar yang mahsyur dan kaya raya sudah memiliki kapal sendiri beserta lima sekoci yang berisi barang-barang yang mewah dan berharga serta juga berisi hewan peliharaan dan hewan untuk dikonsumsinya. Tidak hanya itu dia juga sudah punya awak kapal yang membantunya dalam berlayar.
Hari demi hari, bulan demi bulan bahkan sudah bertahun tahun Kantan tidak pulang, membuat Ibunya sangat khawatir dengan keadaannya. Sampai datang disuatu hari dia meminta kepada dewata agar bisa memulangkan Kantan ke tanah kelahirannya untuk bertemu dengan Ibunya yang semakin tua.
Hari itu pun datang, banyak penduduk sekitar kampung tempat Kantan dan Ibunya tinggal menyebarkan berita bahwa ada Kantan sang saudagar kaya yang hendak berlabuh di muara Sungai Cerucuk. Mendengar berita itu Ibu Kantan segera menyiapkan untuk kedatangan anak laki-laki kesayangannya itu. Ia menyediakan makanan kesukaannya yaitu lutung panggang dalam jumlah yang sangat banyak. Lalu dengan membawa makanan yang banyak itulah Ibu Kantan bergegas menuju ke muara Sungai Cerucuk, tempat kapal Kantan berlabuh.
Setibanya di pinggir sungai, Ibu Kantan melihat kapal anaknya telah siap merapat. Para awak kapalnya mulai melemparkan sauh dan mengikatkan tali ke besi di daratan. Melihat anaknya yang berdiri gagah di atas kapal anaknya itu, Ibu Kantan langsung menuju ke atas kapal untuk menyambut anaknya. Kantan sudah sangat berubah sekali, lebih tegap, badannya kekar dan parasnya lebih menawan yang memikat setiap wanita. Tapi apa yang terjadi?
“Kantan, anakku yang begitu hebat sekarang, Ibu sangat rindu padamu Nak? Apa Kamu merindukan Ibu juga?” Kata Ibu Kantan
“Apa? Ibu? Siapa Anda ini sebenarnya? Berani sekali mengaku Ibuku! Ibuku sudah mati. Apa mungkin Kau mengaku Ibuku karena Aku sudah kaya sekarang?” Hardik Kantan kepada Ibunya.
Ibu Kantan sangat sedih dan tersakiti hatinya, ia pun menangis tersedu-sedu. Tak lama kemudian datanglah istri Kantan, yang begitu cantik jelita. Perangainya yang baik, tidaklah daya ketika Kantan bertolak belakang dengan masa lalunya.
“Tapi, coba Kau perhatikan wajah, mata dan kasih sayangnya Tuanku! Mungkin saja Ibu ini memang benar ibu kandungmu?” Bujuk Istri Kantan
“Kamu ini, sudah menjadi istriku ya harus patuh dan tunduk kepadaku, bukan menasihatiku! Masuk ke dalam!” Teriak Kantan
Mendengar perkelahian itu Ibu Kantan semakin tersakiti lagi dan ia pun berpasrah diri dengan semua yang terjadi. Mungkin saja itu sebagai kehilafan Kantan kepada ibunya. Ibunya pun turun dari kapal dan berjalan kembali menuju daratan.Tapi sembari berjalan turun dari kapal, Ibu Kantan meminta ampunan pada dewata dan meminta agar dewata memberikan kutukan yang setimpal pada anak durhaka itu.
Tak lama kemudian setelah Ibu Kantan turun dan sampai di daratan. Seketika hujan turun dengan deras dan angin ribut bertiup kencang serta halilintar dan gemuruh yang menggelegar. Kapal Kantan pun semakin lama semakin tidak stabil, lalu badai kencang mengempaskan Kapal Kantan beserta lima sekocinya, dan semakin lama Kapalnya semakin tenggelam bersama dengan Kantan, istrinya, awak kapalnya dan juga semua barang bawaannya.
“Ibu... Ibu... Tolong Aku, ampuni anakmu ini Ibu!” Teriak Kantan yang sayup sayup terdengar ketakutan
Kini, menurut legenda tersebut, bangkai kapal Kantan inilah yang menjadi cikal bakal Pulau Kapal. Pulau kecil yang terletak persis di tengah aliran muara Sungai Cerucuk. Konon, jika mata kita dalam keadaan kotor, kita bisa melihat itik, angsa, ayam dan binatang peliharaan Kantan berkeliaran di Pulau Kapal. Kemudian sering sekali terdengar teriakan yang memilukan “Ibu... Ibu... Tolong Aku, ampuni anakmu ini Ibu!”.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa hanya orang-orang khusus sajalah yang bisa sampai ke batu berbentuk seperti kapal yang ada di Pulau itu. Sebab disekeliling batu tersebut arusnya berputar-putar hingga sering menyebabkan kecelakaan bagi perahu atau kapal yang mencoba mendekat. Begitu pula dengan kuburan Ibu Kantan yang sampai saat ini masih ada, berupa songgokan tanah atau pansuk yang terletak di Aik Bujang dalam keadaan yang tak terpelihara. Kuburan ini sering didatangi oleh orang yang sesat untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah.
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar